Senin, 05 September 2011

BUDAYA PAMER

Alkisah, ada seorang kaya baru yang sangat ingin eksistensinya diakui. Maka, semua perilaku orang kaya ia ikuti. Ia main golf, membeli mobil mewah dan juga berbusana branded. Tak lupa ia membeli motor gede (moge) yang keren: Harley Davidson. Ia pun mencoba motor barunya itu di jalan raya. Di perjalanan ia melihat mobil tetangganya meluncur di jalan yang sama. Ia mengejar mobil itu, setelah dekat ia berteriak, “Hey! Punya Harley, gak?” Dari dalam mobil tetangganya itu balas berteriak, “Pamer kamu! Sombong kamu! Mentang-mentang punya Harley!” Dengan kesal sang tetangga itu mempercepat laju mobilnya. Seakan tak mau kalah, si orang kaya baru itu mengejar lagi dan kembali teriak, “Hey! Punya harley tidak?” Sang tetangga pun membalas dengan teriakan, “Dasar tetangga tukang pamer, sombong!” Ia lalu memacu mobilnya lebih cepat. Si orang kaya baru itu berusaha mengejarnya. Namun sayang ia terjatuh karena menghindari truk yang datang dari arah berlawanan. Melihat kejadian itu, tetangganya kemudian berhenti dan menolong si orang kaya baru sambil berkata,“Makanya jangan sombong. Mentang-mentang punya Harley. Begini balasan buat orang yang suka pamer.” Dengan menahan rasa sakit orang kaya baru itu menjawab, “Siapa yang pamer? Saya tadi berteriak tanya kamu punya Harley atau tidak bukan mau pamer. Saya cuma mau tanya, dimana letak remnya?!” wkwkwk

DONGENG SEBELUM TIDUR ; MENGHADIRKAN BUAYA DALAM KEHIDUPAN

dahulu kala ada seorang raja yang memiliki anak perempuan sangat jelita. Begitu cantik dan eloknya, putri raja ini menjadi rebutan para pangeran dan pemuda. Sang raja bingung menentukan siapa calon menantunya.
Raja yang dikenal bijaksana ini akhirnya membuat sayembara. “Wahai para pemuda, siapa yang mau menjadi menantuku berkumpulah pada tanggal 9 bulan 8di sungai depan istana.”
Pada hari yang telah ditentukan, ratusan pemuda yang ingin mempersunting puteri raja berkumpul dengan penuh semangat dan gairah. Saat yang raja muncul beserta puterinya semua hadirin berdiri dan bertepuk tangan.
Sang rajapun membuka sambutan dengan mengatakan, “Wahai para pemuda di seberang sungai sana, hari ini saya akan menentukan siapayang berhak menjadi menantuku. Caranya, berenanglah menyeberangisungai di depan kalian dan siapa yang sampai di seberang sini kemudian bersalaman denganku dialah yang berhak menjadi menantuku.”
Para pemuda segera bersiap berenang menyeberangi sungai. Tiba-tiba, sambil membalikkan tubuhnya sang raja melemparkan daging ke sungai, ternyata puluhan buaya muncul dan memperebutkan daging itu.
“Ayo siapa yang mau menjadi menantuku, berenanglah!” ujar sangRaja.
Ditunggu beberapa menit tak ada yang berenang. Karena tak ada tanda-tanda akan ada yang berenang sang raja berkata lebih lantang, “Ayo siapa yang mau menjadi menantuku berenanglah!”
Setelah hening beberapa saat, tiba-tiba seorang pemuda melompatke dalam sungai itu. Semua orang melihat pemuda itu berjuang mati-matian menghindari buaya. Kadang ia berlari di atas tubuh buaya, kadang ia berenang, kadang ia menyelam. Dan akhirnya pemuda itu berhasil menyeberangi sungai itu.
Sang raja langsung mendatangi pemuda gagah berani itu dan menyalaminya sambil bekata, “Selamat! Kamu berhak menjadi menantuku, sebelum aku pertemukan dengan puteriku, adakah sesuatu yang akan kamu katakan?”
Sambil terengah-engah pemuda itu menghadap ke arah para pemuda di seberang sungai sambil berteriak, “Hai para pemuda di seberang sungai sana! Siapa yang tadi mendorong saya ke sungai!?”
Insan SuksesMulia, terkadang kita perlu “diceburkan” oleh orang lain untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang penuh dengan tantangan (buaya

8 KEBOHONGAN SEORANG IBU

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia. Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar"---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata :"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja."Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!"---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata :"Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata :"Saya punya duit"----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku"Aku tidak terbiasa"----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :"Jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan"----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN. Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan :"Terima kasih ibu !" Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi.. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata"MENYESAL"di kemudian hari.

GURU KEHIDUPAN

Guru kehidupan tidak harus orang yang membagikan ilmu di depan kelas atau memberi suri tauladan. Guru kehidupan juga bisa orang yang menghina dan merendahkan kita. Keluarga kami punya seorangguru kehidupan. Ia (dulunya) orang kaya di kampung kami. Bagaimana ia menjadi guru kehidupan kami? Akan saya ceritakan disini… Tahun 1987 saya mendapat undangan kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes. Didalam surat undangan itu disebutkan salah satu persyaratannya adalah membawa uang pendaftaran sebesar Rp 150.000. Bapak saya lalu mengajak saya ke rumah orang kaya di kampung untuk meminjam uang. Setelah ngobrol berbagai hal sampailah ke pokok pembicaraan. Bapak saya membukanya dengan mengatakan, “Alhamdulillah pak, Jamil diterima kuliah di IPB, ini surat undangannya. Dalam surat undangan ini Jamil harus membawa uang seratus lima puluhribu, tolong pinjami kami uang tiga ratus ribu.” Tanpa diduga orang yang kaya di kampung saya tersebut berdiri. Kata-kata ejekan, hinaan dan kotorkeluar dari mulutnya. Ia menghina bapak saya. Mendengar bapak saya dihina dan dicaci saya hanya menangis. Ketika saya sedang menangis, tiba-tiba bapak saya memukul meja kemudian berdiri sambil berkata keras, “Bapak jangan sombong, jangan mentang-mentang kaya, menghina orang seenaknya. Saya memang miskin di sini, tapi perlu bapak ketahui, tanah saya masih luas. Permisi!” Kami pun pulang dengan berboncengan naik sepeda. Di tengah perjalanan saya bertanya, “Tadi bapak bilang tanah kita luas, tanah yang mana?” Dengan tetap mengayuh sepeda bapak saya menjawab, “Itu pulau Jawa.”Mendengar jawaban itu, saya pukul-pukul punggung bapak saya sambil berkata, “Kenapa bapak bohong, saya gak suka bapak bohong, saya gak suka. Dulu bapak pernah memukul saya karena saya berbohong, tapi kenapa hari ini bapak bohong?” Bapak saya menghentikan genjotan sepedanya dan turun darisepeda kemudian memeluk saya. Sambil memeluk erat-erat beliau berkata, “Mil, baru kali ini bapak dihina di depan anak bapak. Bapakmalu, mil. Bapak harus menjaga harga diri keluarga. Kamu harus jadi Insinyur Pertanian, mil.” Pelukan itu adalah pelukan bapak yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup saya. Belasan tahun berlalu, suatu saat saya kembali ke kampung. Saya diajak ke kebun karet milik bapak. Sesampainya di kebun, bapak menunjuk seseorang sambil berkata, “Masih ingat orang itu?” Tentu saya mengenalinya, karena orang itu adalah yang orang menghina kami belasan tahun yang lalu. Kata bapak saya, “Itulah guru kehidupan kita, tanpa dia kamu tidak akan jadi Insinyur Pertanian. Jadi, walaupun dia sekarang buruh bapak, kamu tidak boleh menghinanya.” Ya, guru kehidupan itu telah jatuh miskin akibat berbagai problema kehidupan yang dihadapinya. Namun demikian, sampai kapanpun kami tetap menghormatinya. Karena dialah guru kehidupan kami. Salam SuksesMulia! Motivator jamilazzaini

Ada dimana bahagia itu

Orang sakit menyangka,
bahagia terletak pada
kesehatan!
Orang miskin menyangka,
bahagia terletak pada harta
kekayaan!
Rakyat jelata menyangka
kebahagiaan terletak pada
kekuasaan!
Orang biasa menyangka
bahagia terletak pada
kepopuleran!
Dan sangkaan-sangkaan lain..
Ada yang mengejar
kebahagiaan pada tahta,
pada kekuasaan.
Beragam cara dia lakukan
untuk merebut kekuasaan.
Sebab, kekuasaan memang
sebuah kenikmatan dalam
kehidupan.
Dengan kekuasaan seseorang
dapat berbuat banyak.
Tapi, betapa banyak manusia
yang justru hidup merana
dalam kegemilangan
kekuasaan.
Dia sama sekali tidak
merasakan kebahagiaan,
setelah kuasa di tangan.
Sebelum memegang kuasa,
senyuman sering menghiasai
bibirnya.
Namun, setelah kuasa di
dalam genggaman, kesulitan
dan keresahan justru
menerpanya, tanpa henti..
Sebagian orang mengejar
kebahagiaan pada diri wanita
cantik atau pria gagah nan
tampan.
Dia menyangka setelah
menikah dengan seorang
wanita cantik atau pria gagah
nan tampan, maka dia akan
bahagia.
Tapi, tak lama kemudian,
bahtera rumah tangganya
kandas.
Di depan sorot kamera,
tampak mempelai begitu
bahagia, bersanding wanita
cantik atau pria gagah nan
tampan.
Namun, kecantikan dan
ketampanan sering menjadi
fitnah dan kemudian
membawa bencana.
Pujian yang bertabur dari
umat manusia tak
membuatnya bahagia.
Sebagian orang mengejar
kebahagiaan dengan bekerja
keras untuk menghimpun
harta.
Dia menyangka, bahwa pada
harta yang berlimpah itu
terdapat kebahagaiaan.
Maka, setelah dia dapat, dia
menjadi pecinta harta.
Toh, setelah harta melimpah
ruah, kebahagiaan itu pun tak
kunjung menyinggahinya.
Harta yang disangkanya
membawa bahagia, justru
membuatnya resah.
Hidupnya penuh porblema.
Masalah demi masalah
membelitnya.
Tak jarang, harta justru
membawa bencana.
Kadang, harta yang
ditumpuk-tumpuk, menjadi
ajang konflik antar saudara
dan keluarga...
Dimana Bahagia Itu?..

Mengantri di Surga

Ada 3 orang berprofesi dokter,guru, dan ustad mengantri didepan pintu surga..kmudian malaikat penjaga surga malah mempersilahkan si pengusaha tuk masuk surga duluan pdhal antrian dibelakang..yg lain pun protes? Kmudian malaikat pun menjawab: siapa yg memberi amal membangun rumah sakit; dokter pun menjawab si pengusaha..siapa yg memberi amal paling besar tuk membangun sekolah; guru pun menjawab si pengusaha..siapa yg memberi amal paling besar tuk membangun masjid..ustad pun menjawab si pengusaha...oleh karena itulah dia dipersilahkan masuk surga duluan..'jangan anggap sebelah mata profesi seseorang barangkali amal dia jauh lebih besar dr yg terlihat' lol